"Berbahagialah
orang
yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."
(Matius
5:4)
Yang
namanya berdukacita pasti sangat berbeda dengan berbahagia. Dukacita adalah
lawan kata dari kebahagiaan. Lalu, apakah firman yang ditulis itu tidak salah?
Dukacita atau kesedihan menyelimuti hati seseorang ketika ia ditinggalkan orang
yang dikasihi, entah itu orangtua, sahabat, pacar, suami atau istri dan
sebagainya. Dukacita yang kita rasakan seolah-olah tak terobati meskipun terus
dihibur oleh banyak orang. Lalu dukacita bagaimana yang dimaksud ayat di atas?
Ada
dukacita yang merupakan dosa dan ada dukacita yang justru mendatangkan
pengampunan. Dukacita yang merupakan dosa adalah kemurungan berlarut-larut
karena putus asa, kecewa atau kesedihan yang mendalam terhadap perkara yang
sia-sia, "...dukacita yang dari dunia ini menghasilkan
kematian," (2 Korintus 7:10).
Ada
pun dukacita yang mendatangkan pengampunan adalah dukacita karena dosa, baik
itu dilakukan diri sendiri ataupun perbuatan orang lain. Inilah dukacita yang
Tuhan maksudkan! Menyadari ketidaklayakan di hadapan Tuhan akibat dosa-dosa
yang ia perbuat akan menimbulkan rasa dukacita yang mendalam dalam diri
seseorang. Orang berdosa yang yang telah dijamah oleh kuasa Roh Kudus tidak
akan bersukacita karena dosa-dosanya. Sebaliknya ia akan meratap dan berduka
karena sadar bahwa jalan-jalannya sudah jauh dari kebenaran dan telah melukai
hati Tuhan, karena hidupnya sudah tidak kudus lagi. Dukacita semacam ini akan
beroleh penghiburan dari Tuhan yaitu berupa pengampunan dan kehidupan kekal.
Tuhan akan mengubah ratapan itu menjadi tari-tarian karena tuhan Yesus sudah
menanggung segala dosa-dosa kita di atas kayu salib. Rasa dukacita itu
seharusnya ada di dalam hati kita setiap kali kita berbuat dosa dan
menyadarinya. Dukacita ini timbul bukan karena kekuatan kita sendiri, melainkan
pekerjaan Roh Kudus. Bila masih ada orang Kristen yang telah bersukacita dan
kelihatan santai-santai saja ketika melakukan dosa berarti masih perlu
dipertanyakan kelayakannya sebagai orang percaya, berarti ia belum hidup dalam
pertobatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar