MENANGIS DI HADAPAN TUHAN

 Mazmur 126:5-6;130:1-2

“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”

 ( Matius 5:4  )

Menangis kepada Allah bukanlah sesuatu hal yang buruk. Kita semua selalu merasa terdorong untuk menangis kepada-Nya apalagi ketika kita memerlukan pertolongan dari TUHAN. Pemazmur pernah mengatakan "Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! TUHAN, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku" (Mzm 130:1-2).

Ketika mengalami keputusasaan yang sangat dalam ia berseru kepada Tuhan.

Keputusasaan membuat kita merasa terisolasi dan jauh dari Allah, tapi justru saat inilah kita sangat membutuhkan Allah.

Karena pada saat seperti ini, hanyalah penghiburan Allah yang penuh belas kasihan yang bisa menolong kita.

Keputusasaan atas dosa-dosa kita seharusnya tidak menyebabkan kita menjadi mengasihani diri kita sendiri, atau menyebabkan kita lebih memikirkan diri kita sendiri dari pada memikirkan Allah. Sebaliknya, kita harus memberi pengakuan atas setiap kesalahan-kesalahan kita dan kita mengarahkan hati kita pada rahmat, pengampunan dan penebusan dari Allah yang penuh dengan kasih karunia.

Ketika kita merasa kewalahan dengan masalah, merasa tidak mampu menanggung beban dalam hidup, dan kita terbenam dengan penyesalan, maka kita hanya akan membuat keadaan semakin buruk. Jika pandangan terhadap diri kita sendiri hanya melihat semua kepedihan dan kegagalan kita, ini akan menambahkan rasa putus asa. Namun ketika kita mau datang kepada TUHAN, mencari hadirat-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya, kemudian menangis dan berseru kepada-Nya pasti akan mengalihkan perhatian kita kepada satu-satunya harapan yang benar-benar dapat memberi kita pertolongan.

Berserulah pada-Nya, dan menangislah meminta belas kasihan-Nya. Percayalah, Dia pasti menunjukkan rahmat-Nya pada kita. (dyonn)