"Ada teman yang mendatangkan
kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang
saudara."
Amsal
18:24
Di zaman sekarang ini tidak mudah
menemukan seorang sahabat yang "...menaruh kasih setiap waktu, dan
menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Sahabat yang
menjadi saudara adalah orang yang mau berkorban untuk sahabatnya, bukan
mengorbankan sahabatnya. Sahabat yang mau berkorban itu tidak mencari keuntungan
sendiri. Ketika sahabatnya terjebak dalam kesukaran hebat, ia mau menerobos
kesukaran itu guna menolong sahabatnya. Salomo dalam amsalnya berkata, "...ada
juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara."
Kata saudara berasal dari
bahasa Sansekerta yang berarti satu perut. Jadi, saudara itu pada
hakikatnya adalah yang lahir dari perut atau kandungan yang sama, sehingga
jalinan kekeluargaan tercermin dalam makna persaudaraan karena kelahiran. Dan
sungguh tak bisa kita bayangkan betapa eratnya hubungan seorang persahabatan
yang lebih karib dari pada seorang saudara itu.
Tuhan Yesus telah memberikan teladan
bahwa diriNya adalah figur seorang sahabat yang sejati. "Tidak ada
kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13) dan ini telah dibuktikan melalui
kematianNya di atas kayu salib. Persahabatan yang didasari oleh kasih Kristus
itu akan melebihi tali persaudaraan atau kekerabatan, karena hubungan yang
dibangun bukan atas kepentingan untung-rugi, melainkan karena mengasihi sebagai
diri sendiri. Namun ada juga persahabatan yang terjalin hanya karena keuntungan
dan kepentingan diri sendiri. Persahabatan yang demikian tidak akan langgeng,
akan putus apabila tidak menguntungkan. Seorang sahabat jenis ini akan begitu
ramah dan baik kepada kita saat ia memerlukan sesuatu dari kita. Sebaliknya,
bila kita tidak lagi mampu mendatangkan sesuatu yang menguntungkan bagi
dirinya, ia akan secepat kilat meninggalkan kita.
0 komentar:
Posting Komentar