"Segenggam ketenangan lebih baik
dari pada dua genggam jerih payah
dan usaha menjaring angin."
(Pengkhotbah
4:6)
Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika
sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara
tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah
dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha
sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh
mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan
serbuk yang tinggi itu.
Teman-teman pekerja yang lain juga turut
membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak
ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut
dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.
Saat itu seorang anak yang sejak tadi
memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu
tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah
menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang
kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang
telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri
saja, dan berhasil menemukan arloji itu.
"Bagaimana caranya engkau mencari arloji
ini ?", tanya si tukang kayu.
"Saya hanya duduk secara tenang di
lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan
itu saya tahu di mana arloji itu berada", jawab anak itu.
Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling
sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus
dalam seribu satu macam 'kesibukan dan kegaduhan'. Ada baiknya kita menenangkan
diri kita terlebih dahulu sebelum mulai melangkah menghadapi setiap
permasalahan. Dengan menenangkan diri, kita dapat mengerjakan segala sesuatu
dengan lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar