“Orang yang dusta bibirnya
adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Ny”
(Amsal 12:22)

Satu minggu pun berlalu dan kembalilah pastor
itu dalam sebuah misa kudus, dan seperti janjinya dia akan menyampaikan
tentang dosa kebohongan.
Tapi sebelum pastor itu
berkhotbah dia menanyakan kepada para umat, "Saudara sekalian, siapakah
dari anda semua yang sudah membaca injil Markus pasal 17?" Dengan semangat
hampir semua umat mengacungkan tangannya, pastor itu diam sejenak, lalu ia
berkata, "Injil Markus hanya terdiri dari 16 pasal."
Saudaraku
kadang untuk menutup malu dari sesama, kita rela untuk melakukan sebuah
kebohongan, bahkan di rumah Allah sekalipun kita berani melakukan sebuah
kebohongan. Dari cerita di atas kita diajak untuk berani bersikap jujur
dihadapan Allah dan sesama kita. Allah lebih menghargai sikap jujur kita dari
pada rasa malu kita.
Jika karakter bohong kita pelihara, maka
lama-kelamaan akan menjadi tabiat. Jika tabiat kita bohong, maka tabiat itulah
yang akan menghancurkan kita.
Semakin banyak berbohong, sepanjang itulah
kita akan disibukkan oleh bagaimana mengarang cerita lain agar tak ada orang
yang tahu, kita karang cerita untuk menutup rapat-rapat kebohongan yang telah
kita lakukan. Padahal, disaat itulah sebenarnya kita menggali kubur sendiri
atas sebuah keterpurukan dan hancurnya citra diri dimata manusia terlebih dimata
Tuhan. Jadi berbohong adalah sebuah masalah
besar. Berbohong merupakan sebuah dosa dan kejahatan dimata Tuhan dan kita
harus membuangnya.
0 komentar:
Posting Komentar