"...perhiasanmu ialah manusia batiniah
yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang
lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah."
(1 Petrus 3:4)
Saya membaca suatu pernyataan menarik
mengenai kecantikan. Pernyataan itu seperti ini, “Jangan bangga karena
kecantikan fisik, tetapi berbanggalah bila hidup kita bisa menjadi berkat dan
teladan bagi orang lain!
Saya setuju dengan pernyataan diatas karena
jelas dalam Firman Tuhan disampaikan bahwa yang menjadi perhiasan bagi wanita
bukanlah penampilan luarnya. Tetapi perhiasan wanita adalah manusia batiniah
(kecantikan batiniah – inner beauty) Penulis Amsal berkata, "Seperti
anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik yang tidak susila." (Amsal
11:22). Artinya, kecantikan fisik (lahiriah) wanita tak akan
berarti apa-apa. "Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah
sia-sia," (Amsal 31:30a) bila tidak diimbangi dengan moral yang baik.
Wanita yang berbudi harus memiliki roh yang lemah lembut dan penguasan diri
dalam segala hal sehingga keberadaannya senantiasa menjadi berkat,
karena "Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah
lembut ada di lidahnya." (Amsal 31:26).
Banyak contoh wanita-wanita dalam Alkitab
yang hidupnya menjadi teladan karena cantik batinnya. Ester adalah perempuan
Yahudi yang berani mempertaruhkan reputasi dan juga nyawanya demi keselamatan
bangsanya dari rencan jahat Haman; ia berjuang menegakkan kebeneran dan dengan
tegas melawan ketidakadilan. Debora dipilih Tuhan untuk membebaskan bangsanya
dari tangan Yabin, raja Kanaan. Ia pun mendukung dan memberi semangan kepada
Barak menghadapi panglima perang raja Yabin yaitu Sisera. Kata
Debora, "Baik, aku turut! Hanya engkau yang tidak akan mendapat kehormatan
dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab Tuhan akan menyerahkan Sisera
ke dalam tangan seorang perempuan" (Hakim-Hakim 4:9).
Saudaraku, Seorang wanita tidak hanya pandai
berbicara, tetapi ia juga akan memberi semangat, berdoa dan turut merasakan
pergumulan yang dialami suami atau keluarga, serta mau membuka telinga terhadap
keluh-kesah orang lain dan memiliki hati yang penuh dengan belas kasih dan
pengampunan. (sog)
0 komentar:
Posting Komentar