Yakobus 4:13-17
“Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam
congkakmu,
dan semua kemegahan yang demikian adalah salah”.
(Yakobus 4:16)
Satu-satunya kepastian dalam hidup
sesungguhnya adalah ketidakpastian belaka. Sebagaimana Kitab Suci mengingatkan,
kita "tidak tahu apa yang akan terjadi besok" (Yakous 4:14).
Pengembang real estat Larry Silverstein dapat
memberikan kesaksian tentang kebenaran ayat itu. Meski memiliki tanah yang
menjanjikan di New York, menurut kesaksiannya, ia terobsesi untuk menjadikan
Menara Kembar World Trade Center sebagai property yang dikelolanya juga.
Keinginannya menjadi kenyataan. Enam minggu sebelum kedua gedung pencakar langit
yang menakjubkan itu dihancurkan para teroris, ia telah mendapatkan kontrak
sewa pusat perdagangan yang mewah itu selama 99 tahun seharga 3,2 miliar dolar.
Yang menyedihkan, upaya pemuasan mimpi kita
kadang kala dapat berubah menjadi mimpi buruk. Tidak seperti apa yang kita
inginkan. Hal ini mengingatkan kita tidak hanya tentang ketidakpastian hidup,
tetapi juga tentang perlunya menyatukan kehendak kita dengan kehendak Allah.
Karena sebagus apapun rencana kita dan sekuat apapun kita berusaha, jika tidak
sesuai dengan kehendak Tuhan maka semuanya akan menjadi sia-sia. Pengalaman
mengajarkan bahwa jika kita membiarkan kesombongan mengendalikan hidup kita,
maka upaya pemuasan impian yang dipaksakan akan berubah menjadi debu dan abu.
Saudaraku, memiliki harapan dan keinginan
adalah sah-sah saja, tetapi kitab Yakobus memberi tahu kita bagaimana melakukan
pendekatan terhadap keinginan itu. Daripada menganggap bahwa rencana dan impian
kita akan terwujud, lebih baik kita berkata, "Jika Tuhan menghendakinya,
kami akan hidup dan berbuat ini dan itu" (Yakobus 4:15). Bila kita
menyerahkan semua usaha dan rencana kita pada kehendak Allah, kita bisa
menikmati damai sejahtera-Nya di tengah ketidakpastian hidup ini.
0 komentar:
Posting Komentar