Roma 12:9-16
“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita,
dan
menangislah dengan orang yang menangis”
Dave Branon menceritakan suatu kisah menarik
yang dialami keluarganya. Saya percaya cerita ini bisa menginspirasi kita
semua.
Sepeninggal putri kami yang berusia 17 tahun
dalam kecelakaan mobil pada bulan Juni 2002, setiap anggota keluarga kami
memiliki caranya sendiri untuk mengatasi rasa kehilangan. Dukungan paling
berarti bagi istri saya adalah kunjungan dari para ibu yang juga telah
kehilangan anak mereka dalam kecelakaan.
Istri saya mendapat kekuatan melalui
kisah-kisah mereka. Ia ingin agar mereka menceritakan kasih setia Allah dalam
hidup mereka, di samping duka yang mendalam karena kehilangan anak yang amat
dikasihi.
Istri saya segera menjadi bagian dari suatu
lingkaran belas kasih, kelompok kecil para ibu yang menangis, berdoa, dan
mencari pertolongan Allah bersama-sama. Kelompok ibu-ibu yang berduka ini
menjalin suatu ikatan empati dan harapan yang memberikan peneguhan bagi istri
saya dalam mengatasi kesedihannya sehari-hari.
Saudaraku, memang setiap orang punya caranya
sendiri dalam menghadapi kesedihan. Namun, kita tetap perlu berbagi isi hati,
beban, pertanyaan, dan kesedihan dengan orang lain. Oleh sebab itu, sangat
penting bagi kita untuk memiliki seseorang yang dapat kita ajak bicara tentang
penderitaan dan kesedihan kita.
Oleh
karena itu, marilah kita bersukacita dengan orang yang bersukacita, dan
menangis dengan orang yang menangis. Dengan demikian, orang lain juga akan
mendapatkan kekuatan dan penghiburan. Ada pepatah mengatakan, “Tinggalkanlah
duniamu, dan masukklah ke dunia orang lain”. Artinya, kita perlu belajar
“masuk” ke dalam penderitaan orang lain sehingga dapat memahami mereka. Jadi
meski niat kita untuk mengasihi sangat besar sekali, tetapi kita lupa atau
tidak mau mengasah empati kita, maka mengasihi itu rasanya sulit untuk
dilakukan dengan tulus.
0 komentar:
Posting Komentar