Dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
(Filipi 2:4)
Bai Fang Li,
pengayuh becak dari Tianjin, China,
tinggal di gubuk tua, di lingkungan kumuh tempat tinggal para pengayuh becak dan pemulung. Tak
ada perabotan berharga di rumahnya.
Ia hanya punya satu piring dan satu gelas kaleng sebagai alat makan. Ia tidur beralas
karpet lama dengan selembar selimut
tua sebagai penghangat, dan hanya
diterangi lampu minyak.
Penghasilan
Bai sebenarnya dapat membuatnya hidup lebih layak. Namun, sejak usia 74, ia menyumbangkan sebagian besar penghasilannya ke panti
asuhan di Tianjin, yang menampung 300 anak dan mengelola sekolah untuk
anak dari keluarga kurang mampu.
Ketika pada umur 91 tahun ia tak sanggup lagi mengayuh becak, Bai telah menyumbangkan uang sebesar
350.000 yuan (Rp. 472.500.000,
00)! Meski tak berlimpah harta, ia memutuskan untuk tidak memikirkan diri sendiri dan berani memberi.
Seperti itulah yang dilakukan oleh Tuhan
Yesus. Dia tidak mementingkan diri-Nya sendiri, tetapi rela berkorban, mati
dikayu salib untuk kepentingan kita manusia. Dan Ia mau kita juga mengikuti
teladan-Nya. Saling membantu, menolong, memperhatikan dan menguatkan satu
dengan yang lain. Ketika kita percaya, menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat kita, maka sudah seharusnya kita hidup sama serti Yesus.
Firman Tuhan hari ini kembali mengingatkan
kita sebagai orang-orang percaya, untuk tidak egois atau hanya memikirkan
kepantingan kita sendiri. Tetapi kita juga harus memperhatikan kepentingan
orang-orang yang ada disekitar kita yang mungkin sedang membutuhkan pertolongan
kita. Ingatlah
bahwa Tuhan melihat semua yang kita lakukan. Tidak ada satupun yang luput dari-Nya.
Berilah semampu kita, namun dalam konteks memberikan yang terbaik dari apa yang
kita miliki. Kita tidak perlu takut kekurangan, karena bukankah kita punya
Tuhan yang selalu mampu mencukupi semua kebutuhan kita?
0 komentar:
Posting Komentar