Filipi 3:7–8
“…Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus”
(Filipi 3:8b)
Hal yang paling merusak “perburuan” kita terhadap Tuhan adalah kekhawatiran. Mengapa seseorang khawatir? Sebab ia takut akan terjadi sesuatu yang buruk dalam kehidupan di bumi ini. Untuk melindungi dirinya sendiri, ia berusaha memiliki harta sebanyak-banyaknya. Padahal harta tidak dapat menopang kehidupan kita. Tuhan Yesus mengatakan bahwa hidup manusia tidaklah tergantung dari kekayaan (Luk. 12:15). Jangan mencoba memproteksi diri atau meraih kebahagiaan dengan banyaknya harta. Tuhan menyebutnya kebodohan (Luk. 12:16–20).
Ketika berbicara mengenai hal mendahulukan Kerajaan Surga (Mat. 6:33), terlebih dahulu Yesus berbicara mengenai kekhawatiran (Mat. 6:25–32). Kita harus bekerja keras, rajin dan giat serta menjaga kesehatan. Setelah memenuhi bagian kita, barulah kita bisa bernyanyi, “Que sera, sera/Whatever will be, will be/The future’s not ours to see/Que sera, sera”. Ini bukan berarti kita tidak peduli hari esok. Tentu kita mempersiapkan diri menyongsong hari esok sebatas yang kita bisa lakukan. Di luar itu, terserah Tuhan. Ini kita lakukan agar fokus kita tidak menjadi melenceng dalam mendahulukan Kerajaan Surga.
Firman-Nya menasihati kita bahwa kita harus memiliki rasa cukup (1Tim. 6:6-7). Tanpa rasa cukup manusia tidak akan pernah berhenti memburu sesuatu yang “bukan Tuhan”.
Pertaruhan dan pengorbanan yang berat adalah ketika seseorang harus melakukan “barter”. Paulus menunjukkan bahwa melepaskan semuanya dan menganggapnya sampah, adalah hasil dari cara memandang hidup yang diubah. Bila kita bisa mengatakan seperti yang Paulus katakan, maka kita menemukan kemerdekaan yang sejati. Sebenarnya pola pikir seperti ini juga dikenal oleh beberapa agama di dunia, yang berusaha melepaskan diri dari “percintaan dunia”. Hanya bedanya mereka tidak memiliki Tuhan Yesus Kristus dan kebenaran-Nya. SE
0 komentar:
Posting Komentar