2 Korintus 13:4-9;
“Akhirnya saudara-saudaraku, bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sempurna. Terimalah segala nasihatku!... “
( 2 Korintus 13:11 )
“Tak ada orang yang sempurna.” Kata-kata ini seringkali digunakan untuk mencoba membenarkan kesalahan. Ini bisa menyelinap dalam standar moral, etos kerja, bahasa atau pengendalian diri. Meskipun kita memahami kelemahan manusia, kita harus selalu membuat setiap usaha agar tetap mengikuti standar tertinggi.
Ketika para pemimpin kita muncul di hadapan kita dengan "kaki dari tanah liat atau kaki yang berlumpur dan kotor," sepertinya akan menjadi hal yang lebih serius daripada seseorang yang kedudukkan atau tanggung jawabnya kurang atau lebih rendah dibanding pemimpin tadi. Sering kita mengharapkan hal-hal yang tinggi dan berlebih dari atasan dan pemimpin kita. Namun mereka juga, ketika menemui kegagalan pasti mempunyai alasan sendiri untuk membela diri ketika mereka gagal.
Alkitab mengatakan kepada kita bahwa “…demikian juga sedikit kebodohan lebih berpengaruh dari pada hikmat dan kehormatan.” (Pengkhotbah 10:1). Ayat ini menjelaskan secara terus terang bahwa tidak ada yang sempurna. Tapi kita berharap para pemimpin kita untuk selalu menjadi "lebih baik" dan untuk menetapkan standar yang harus diikuti oleh orang lain. Seperti bagian lain dari Alkitab mengatakan, “…bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.” (Yakobus 3:1). Hal ini dapat dipahami karena para guru dan para pemimpin membawa dampak yang sangat besar pada masyarakat. Kita mengharapkan standar tinggi dari orang-orang yang menjadi atasan dan pemimpin kita, dan kita juga harus menindaklanjuti dengan mengharapkan hal yang sama dari diri kita sendiri.
Manusia tidaklah sempurna. Tetapi ini jangan dijadikan alasan untuk terus membenarkan diri dari setiap kesalahan kita. Justru lewat kesalahan dan ketidaksempurnaan, kita dapat belajar untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang lainnya dan menjadi sempurna. (SOG)
0 komentar:
Posting Komentar