Lukas 16:19-31
Pengkhotbah 3:13
“…..
Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk…..”
(
Lukas 16:25 )
Ada sebuah karikatur
bergambar dua batu nisan bersebelahan. Nisan yang satu bertuliskan, "Di
sini terbaring jenazah Peter yang meninggal karena terlalu banyak makan
gandum". Sedangkan nisan yang lain bertuliskan, "Di sini terbaring
jenazah Akharia yang meninggal karena gandum Peter tidak pernah singgah di
sini". Sebuah sindiran yang sangat mengena bagi kita.
Kita semua pasti pernah
mendengar ataupun mengucapkan sendiri suatu ungkapan "Jauh di mata, dekat di hati" suatu ungkapan
yang yang indah tentang kedekatan batin yang terjalin
meski tak berjumpa secara fisik.
Firman Tuhan yang kita baca
hari ini menceritakan tentang orang kaya dan Lazarus. Namun, cerita dalam
Firman Tuhan ini berbeda dengan ungkapan diatas, yakni "dekat di mata, jauh di hati". Betapa dekatnya Lazarus
tinggal dengan si orang kaya. Hanya " … dekat pintu rumah orang
kaya itu" (Lukas 16:20). Begitu dekatnya ia untuk disapa, diperhatikan,
dan ditolong. Namun, Lazarus malah mati mengenaskan dalam kemiskinan. Sangat
kontras jika dibandingkan dengan kemakmuran "si tetangga". Mengapa?
Semua tahu jawabnya. Persis seperti karikatur di atas. Orang kaya tersebut
hidup dalam keegoisannya dan tidak peduli dengan orang di sekitarnya.
Sebenarnya banyak
penderitaan di dunia ini tak perlu terjadi, jika orang-orang terdekat dari
orang yang menderita mau berbuat sesuatu. Tuhan mengizinkan kedekatan fisik
terjadi agar kita tergerak berbagi kasih dengan mereka. Dengan anak yang perlu
diperhatikan dan tetangga yang sakit; dengan nenek yang duduk sendirian di
sebelah kita waktu di gereja dan Bi Inem yang ayahnya (di desa) sakit keras;
dengan Pak Pos yang rutin mengantar surat ke rumah kita dan Pak Jo yang setia
mengangkut sampah dari rumah kita. Dan banyak lagi. Ya, mereka ada "dekat
di mata" justru agar tersedia tempat di hati kita bagi mereka.
0 komentar:
Posting Komentar