Amsal
11:9-13
"
Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara”
(Amsal 11:13)
Saya membaca suatu cerita tentang kekesalan
dan kekecewaan dari seorang ibu karena teman yang adalah istri pendeta tapi
tidak bisa menjaga rahasia.
Ibu Tersebut merasa jengkel sekali. beberapa
hari lalu, ia baru saja menceritakan semua uneg-unegnya pada istri pendeta di
gerejanya. Ia menceritakan perihal suaminya yang diduga menyeleweng. Suatu pagi,
teman satu gereja menelepon dan bertanya: "Ada masalah apa dengan
suamimu?" Ibu tersebut kaget sekaligus kecewa. Kabar soal suaminya sudah
sampai ke telinga para ibu di komisi wanita. Rupanya, dalam persekutuan doa
ibu-ibu kemarin malam, sang istri pendeta memasukkan namanya ke dalam pokok
doa. "Doakan Ibu Debi yang sedang punya masalah dengan suaminya,"
katanya. Walau berniat baik dan tak menyebut masalahnya secara rinci, si istri
pendeta telah gagal menjaga rahasia.
Saudaraku, tanpa kita sadari bahwa di gereja
kitapun, mungkin sudah begitu banyak yang orang kecewa karena berhadapan dengan
orang yang tak bisa menjaga rahasia. Ini masalah serius. Membocorkan rahasia
berarti mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan seseorang.
Walaupun tanpa sengaja, dampaknya tetap merusak. Amsal mengingatkan, mulut yang
mengucapkan apa yang tidak perlu bisa "membinasakan sesama" (Amsal
11:9), bahkan "meruntuhkan kota" (Amsal 11:10). Selanjutnya,
ketidakmampuan menyimpan rahasia juga menandakan bahwa orang itu tidak setia
dan tidak bisa mengendalikan diri (Amsal 11:12). Seseorang yang bijak
seharusnya tahu kapan saatnya berdiam diri dan kapan saatnya menutupi perkara.
Ingatlah
bahwa sekali kita gagal dalam menjaga rahasia, kita tidak bisa menjadi konselor
yang baik dan orang lain tidak akan percaya kita lagi. Mereka akan menutup diri
karena merasa tidak aman. Akibatnya, kita akan kehilangan persekutuan yang
akrab dan mendalam. Oleh sebab itu, mulai sekarang kendalikanlah lidahmu! (SOG)
0 komentar:
Posting Komentar