I Korintus 7:25-40
“Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia
memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian
oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya
sendiri …”
(Matius 19:12)

Bukankah orang yang melajang punya waktu
luang dan konsentrasi lebih besar untuk berkarya? Melajang juga bukan berarti
hidup sendiri, karena orang yang melajang justru punya kesempatan lebih banyak
untuk membangun relasi dengan orang lain. Ada sebuah cerita humor yang sangat
menggelitik. Menceritakan tentang seorang gadis yang sedang jatuh cinta kepada
seorang pria dan gadis tersebut tidak mau pria tersebut jatuh ke tangan gadis
yang lain. Gadis tersebut berdoa begini: "Ya Tuhan, kalau memang ia
jodohku, dekatkanlah. Kalau bukan jodohku, jodohkanlah. Kalau ia bukan jodohku,
jangan sampai ia dapat jodoh yang lain, selain aku. Amin."
Saudaraku, seseorang yang telah mempunyai
pasangan hidup atau sudah menikah, tak serta merta membuat semua kehidupannya
menjadi lebih baik. Paulus malah mengingatkan akan "harga" yang harus
dibayar dalam hidup berpasangan (1 Kor. 7:33-34). Intinya kalaupun berpasangan,
janganlah sampai kita terbelenggu perkara duniawi. Jangan sampai riak-riak
pernikahan malah menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Jadi
baik sendiri ataupun berpasangan, tanggung jawab kita di hadapan Tuhan tetap
sama; berkarya memuliakan nama-Nya. Bila menikah, bijaklah membina keluarga.
Bila hidup lajang, bajiklah membawa diri. Bagi lajang yang sangat ingin
menikah, ingatlah bahwa hidup kita ada di tangan-Nya. Jalani apa pun hidup Anda
dengan rasa syukur. Percayakanlah hidup Anda pada rencana dan
kebijaksanaan-Nya. Tuhan tahu yang terbaik. (SOG)
0 komentar:
Posting Komentar